Ingatan
atau memori ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi
kesan-kesan. Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan, ialah : menerima kesan-kesan, menyimpan, dan
mereproduksikan.
Dengan
adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi
bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kemabali dari sesuatu yang
pernah dialami.
Beberapa
sifat ingatan, yaitu :
1. Ingatan
yang cepat dan mudah, artinya seseorang dapat dengan mudah dalam menerima
kesan-kesan
2. Ingatan
yang luas artinya sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan-kesan dan
daerah yang luas.
3. Ingatan
yang teguh, artinya kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah.
(tidak mudah lupa).
4. Ingatan
yang setia artinya kesan yang telah diterimanya itu tidak berubah, tetap
sebagaimana pada waktu menerimanya.
5. Ingatan
mengabdi atau patuh, berarti bahwa kesan yang pernah dicamkan dapat dengan
mudah diproduksikan secara lancar/
Prestasi
ingatan berkaitan erat dengan kondisi jasmani, misalnya kelelahan, sakit dan
kurang tidur dapat menurunkan ingatan.
Ingatan
juga dipengaruhi oleh factor usia, ingatan paling tajam pada manusia ialah
kurang lebih pada masa kanak-kanak (10-14 tahun) dan ini baik sekali untuk daya
ingatan mekanis, yakni daya ingatan hanya untuk kesan-kesan penginderaan.
Sesudah umur ini, kemampuan mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi,
tetapi hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis)
dan itu berlangsung antara umur 15-50 tahun.
Ingatan
berhubungan pula dengan emosi seseorang. Seseorang akan mengingat sesuatu lebih
baik apabila peristiwa-peristiwa itu menyentuh perasaan-perasaan. Sedangkan
kejadian yang tidak menyentuh emosi diabaikan saja.
Produk
dari ingatan ialah mengenal kembali (recognize) yakni kesadaran masa lampau,
sebagai akibat dari pengamatan.
Peristiwa
penting dalam ingatan ialah aktivitas psikis mencamkan (memasukkan-meletakkan)
atau yang disebut dengan memorisasi. Memorisasi dapat memungkinkan seseorang
untuk mengingat apa yang telah dipelajari, namun tidak berarti bahwa semua
“memory traces” ini akan tetap tinggal dengan baik, karena pada suatu saat
“memory traces” akan dapat hilang.
Ingatan
itu bersifat individual artinya tiap-tiap
anak mempunya tipe-tipe ingatan sendiri. Maka seorang gur harus
memperhatikan hal-hal berikut :
1. Guru
jangan terlalu cepat, tetapi jangan pula terlalu lambat menerangkan bahan
pelajaran.
2. Usahakan
agar tidak terlalu banyak bahan yang diberikan dalam satu jam pelajaran.
3. Usahakan
agar bahan pelajaran itu harus diulang setiap ada kesempatan dan guru harus
mengusahakan agar anak-anak mengulang pelajarannya.
4. Usahakan
agar bahan pelajaran tidak mudah berubah-ubah, ada baiknya diikutsertakan
bekerjanya macam-macam indera.
5. Untuk
dapat menimbulkan kesan-kesan dengan cepat dan patuh, anak harus diberi metode
yang baik di dalam menghafal di luar kepala (learning by heart).
6. Untuk
mempertinggi prestasi belajar murid-murid dan para mahasiswa perlu dibangunkan
emosi dan kemauannya agar aktifitas belajar/ studi lebih menyenangkan dan
menggairahkan.
Cara
penyelidikan ingatan :
1. Metode
mempelajari (the learning method)
Merupakan
metode untuk menyelidiki sejauhmana waktu yang diperlukan atau usaha yang
dijalankan oleh subyek untuk dpat menguasai materi dengan baik.
2. Metode
mempelajari kembali (the relearning method)
Merupakan
metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mempelajari kembali yang pernah dipelajari sampai pada
suatu criteria tertentu seperti pada mempelajari materi tersebut pertama kali.
Makin sering dipelajari materi tersebut, waktu yang dibutuhkan akan semakin
pendek.
3. Metode
rekonstruksi
Merupakan
metode dimana subyek disuruh mengkonstruksikan kembali suatu materi yang
diberikan padanya.. Dalam mengkonstruksi itu dapat diketahui waktu yang
digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada criteria tertentu.
4. Metode
mengenal kembali
Metode
ini digunakan untuk mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek
disusun mempelajari sesuatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui
sejauhmana yang dapat diingayt dengan bentuk pilihan benar salah, atau dengan
pilihan ganda (multiple choice).
5. Metode
mengingat kembali
Metode
ini ialah subyek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
Misalnya dengan menyuruhnya mengerjakan ujian dalam bentuk essay maupun isian.
6. Metode
asosiasi berpasangan
Metode
ini mengambil subyek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan,
untuk mengethuai sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi salah
satu pasangan digunakan sebagai stimulus dan subyek disuruh menyebutkan atau
menimbulkan kembali pasangannyta
BELAJAR
A.
Pengertian
Belajar
Menurut :
-
James
O. Whittaker, belajar adalah dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui dan atau pengalaman.
-
Cronbach,
learning is shown by change in behaviour as a result of experience.(belajar
adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman.
-
Howard
L.Kingsley mengatakan bahwa learning is the process by which behaviour (in
the broader sense) is originated or change through practice or training. (Belajar
adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan.
-
Geoch,
learning is change is performance as a result of practice.
-
Dr.
Slameto, belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor.
B. Hakikat Belajar
Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata
yang sangat penting untuk dibahas pada bagian ini, yakni kata
"perubahan" atau change.
seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari
aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan
pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Tetapi perlu
diingatkan, bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang
bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan
perubahan tingkah laku akibat mabuk karena meminum minuman keras, akibat gila,
akibat tabrakan, dan sebagainya, bukanlah kategori belajar dimaksud.
Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan
dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.
C. Ciri-Ciri Belajar
Ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri
belajar, yaitu :
1. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari. Terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya
suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah.
2. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah
dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik
perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan
itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya
untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan
sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap.
5. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku
yang benar-benar disadari. 6. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Misalnya, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang
paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia telah
mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja
sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat
sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan
membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu
berhubungan erat dengan aspek lainnya.
D. Teori-Teori Belajar
Teori-teori belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli yaitu
sebagai berikut :
1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Ahli-ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa
manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia.
Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya sehingga
ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal. Daya-daya itu
misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi, dan
sebagainya.
Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih semua daya
itu. Untuk melatih daya ingat seseorang harus melakukannya dengan cara
menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing, dan sebagainya. Untuk
mempertajam daya berpikir seseorang harus melatihnya dengan memecahkan
permasalahan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Untuk meningkatkan daya
fantasi seseorang harus membiasakan diri merenungkan sesuatu. Dengan usaha
tersebut maka daya-daya itu dapat tumbuh dan berkembang dan tidak lagi bersifat
laten (tersembunyi) di dalam diri.
Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang
didapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang
bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian. Walaupun begitu, teori ini
dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata asing, dan
sebagainya.
Oleh karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin
berhasil dalam belajar, latihlah semua daya yang ada di dalam diri.
2. Teori Tanggapan
Teori tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang teori
belajar yang dikemukakan oleh ilmu jiwa daya. Herbart adalah orang yang
mengemukakan teori tanggapan. Menurut Herbart teori yang dikedepankan oleh ilmu
jiwa daya tidak ilmiah, sebab psikologi daya tidak dapat menerangkan kehidupan
jiwa. Oleh karena itu, Herbart mengajukan teorinya, yaitu teori tanggapan.
Menurutnya unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.
Menurut teori tanggapan belajar adalah memasukkan tanggapan
sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan
berarti dikatakan pandai. Sedikit tanggapan berarti dikatakan kurang pandai.
Maka orang pandai berarti orang yang banyak mempunyai tanggapan yang tersimpan
dalam otaknya.
Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka
belajar adalah memasukkan kesan-kesan ke dalam otak dan menjadikan orang
pandai. Kesan dimaksud di sini tentu berupa ilmu pengetahuan yang didapat
setelah belajar.
3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh Koffka
dan Kohler dari Jerman. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting
dari bagian-bagian. Sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh
keseluruhan.
Dalam belajar, menurut teori
Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons
atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal
yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan
pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah kesan. Belajar
dengan insight (pengertian) adalah sebagai berikut.
a. Insight tergantung dari kemampuan dasar.
b. Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
(dengan apa yang dipelajari).
c. Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian
rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
d. Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari
langit.
e. Belajar dengan insight dapat diulangi.
f. Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi
situasi¬situasi yang baru.
Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt :
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang
lain sebanyak mungkin. Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, tetapi
merupakan satu kesatuan bagian-bagian.
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah
matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang
berkembang, kesediaannya mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh
kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan anak karena lingkungan dan
pengalaman.
c. Anak didik sebagai organisme keseluruhan
Anak didik belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga
emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern, selain mengajar guru juga
mendidik untuk membentuk pribadi anak didik.
d. Terjadi transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting penyesuaian pertama, yaitu
memperoleh tanggapan yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama
adalah masalah pengamatan. Bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai
betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk menguasai kemampuan yang lain. Dengan
kata lain, kemampuan itu dapat dipakai untuk mempelajari hal¬-hal yang lain.
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah hasil dari suatu interaksi antara anak didik
dengan lingkungannya. Belajar baru timbul bila seseorang menemui suatu
situasi/soal baru dalam kehidupannya.
f. Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seseorang
melihat pengertian (insight) tentang sangkut paut dan hubungan¬-hubungan
tertentu dalam unsur yang mengandung suatu prob¬lem.
g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan,
dan tujuan
Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan
anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah progresif, anak didik diajak
membicarakan tentang proyek/unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin
akan manfaatnya.
h. Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Oleh
karena itu, dalam rangka untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya,
anak didik harus banyak belajar, tidak hanya ketika di sekolah, tetapi juga di
luar sekolah. Pihak sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan di
masyarakat dalam kehidupan sosial yang lebih luas, agar semua turut serta
membantu perkembangan anak secara harmonis.
4. Teori Belajar dari R. Gagne
Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi.
a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari
instruksi.
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia
dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the domainds of learning, yaitu
sebagai berikut ini.
1. Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan,
misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil, mengetik huruf R.M, dan
sebagainya.
2. Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis,
menggambar; dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu itu
perlu inteligensi.
3. Kemampuan intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan
simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut
"kemampuan intelektual". Misalnya, membedakan huruf m dan n,
menyebutkan tanaman yang sejenis.
4. Strategi kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal
organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan ini
berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar, dan tidak
dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan
perbaikan-perbaikan terus¬menerus.
5. Sikap
Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak
tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang
lain. Sikap ini penting dalam proses belajar; tanpa kemampuan ini belajar tak
akan berhasil dengan baik.
5. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori sarbond. Sarbond singkatan dari
Stimulus, Respons, dan Bond. Stimulus berarti rangsangan, respons berarti
tanggapan, dan bond berarti dihubungkan. Rangsangan diciptakan untuk
memunculkan tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah
asosiasi.
Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri
dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Penyatupaduan bagian-bagian
melahirkan konsep keseluruhan. Misalnya, sepeda. Konsep sepeda diberikan untuk
kendaraan roda dua tanpa mesin bermula dari sekumpulan bagian-bagian yang
dirangkai menjadi satu kesatuan komponen yang bersistem, menurut fungsi, dan
peranannya masing-masing. Bagian-bagian yang membentuk konsep sepeda itu di
antaranya adalah pedal, setang, lonceng, rem, ban luar dan dalam, tempat duduk,
jari-jari, lampu, dan rantai.
Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal,
yaitu teori konektionisme dari Thorndike dan teori con¬ditioning dari Ivan P.
Pavlov.
a. Teori Konektionisme
Thorndike adalah orang yang mengemukakan teori konektionisme. Dan
penelitiannya dia menyimpulkan bahwa respons lepas dari kurungan itu lambat laun
diasosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar coba-coba, trial and error
Inilah kesimpulan Thorndike terhadap perilaku binatang dalam kurungan.
Respons benar lambat laun "tertanam" atau diperkuat
melalui percobaan yang berulang-ulang. Respons yang tidak benar diperlemah atau
"tercabut". Gejala mi disebut "sub-stitusi respons". Teori
itu juga dikenal dengan nama kondisioning instrumental, karena pemilihan suatu
respons itu merupakan alat atau instrumen bagi memperoleh ganjaran.
Ada tiga hukum belajar yang utama dan ini diturunkannya dari
hasil-hasil penelitiannya. Ketiganya adalah hukum efek, hukum latihan, dan
hukum kesiapan.
1. Hukum efek
Hukum ini menyebutkan bahwa keadaan memuaskan menyusul respons
memperkuat pautan antara stimulus dan tingkah laku. Sedangkan keadaan yang
menjengkelkan memperlemah pautan itu. Thorndike kemudian memperbaiki hukum efek
itu, sehingga hukuman tidak sama pengaruhnya dengan ganjaran dalam belajar.
2. Hukum latihan
Hukum ini menjelaskan keadaan seperti dikatakan pepatah
"Latihan menjadi sempurna". Dengan kata lain, pengalaman yang
diulang-ulang akan memperbesar peluang timbulnya respons (tanggapan) yang
benar. Akan tetapi pengulangan-pengulangan yang tidak disertai keadaan yang
memuaskan tidak akan meningkatkan belajar.
3. Hukum kesiapan
Hukum ini melukiskan syarat-syarat yang menentukan keadaan yang
disebut "memuaskan", atau "menjengkelkan" itu. Secara
singkat, pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu impuls yang kuat
menimbulkan kepuasan, sedangkan menghalang¬halangi pelaksanaan tindakan atau
memaksanya menimbulkan kejengkelan.
Jadi, menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah
asosiasi antara kesan panca indra dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini
dinamakan connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan
antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan
respons ini akan terjadi suatu hubungan yang erat bila sering dilatih. Berkat
latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respons itu akan
menjadi terbiasa atau otomatis.
Terhadap teori konektionisme ini ada beberapa kelemahan dalam
pelaksanaannya, yaitu:
a. Belajar menurut teori ini bersifat mekanistis '
Apabila ada stimulus dengan sendirinya atau secara mekanis timbul
respons. Kelemahannya adalah anak didik banyak yang hafal bahan pelajaran,
tetapi mereka kurang mengerti cara pemakaiannya. Ilmu pengetahuan yang bersifat
mekanis (hafalan) akan lebih cocok dan mendukung untuk tes atau soal-soal
tertentu.
b. Pelajar bersifat teacher centered (terpusat pada guru)
Guru yang aktif dalam membelajarkan anak didik. Guru pemberi
stimulus. Guru yang melatih dan menentukan apa yang harus dikeriakan oleh anak
didik.
c. Anak didik pasif
Anak didik kurang terdorong untuk berpikir dan juga tidak ikut menentukan
bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Anak didik lebih mengharapkan
stimulus dari guru. Bila tidak ada stimulus, anak didik tidak kreatif dan aktif
untuk belajar mandiri. Kemiskinan kreativitas anak didik inilah yang tidak
sesuai dengan konsep belajar discovery-inquiry.
d. Teori ini lebih mengutamakan materi,
Materi cenderung dijejalkan sebanyak-banyaknya ke dalam otak anak
didik (cara-cara pendidikan tradisional) dengan harapan anak didik banyak
mempunyai pengetahuan. Pola belajar seperti ini cenderung menjadi
intelektualistik.
b. Teori Conditioning
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang pasti merasakan sesuatu yang
merangsang air liurnya untuk keluar. Misalnya, bagi para ibu yang sedang
mengandung dan kebetulan mengidam ingin memakan buah-buahan yang asam-asam,
ketika mereka melihat buah asam¬asaman tentu saja air liurnya keluar tanpa
disadari. Keluarnya tentu saja secara refleks. Atau katakan saja refleks
bersyarat. Bagi para pengendara kendaraan bermotor tentu akan berhenti ketika
dia melihat lampu lalu lintas menyala merah dan bergerak setelah dia melihat
lampu lalu lintas menyala hijau. Bagi para perenang dalam suatu perlombaan
renang, mereka akan berhenti setelali mencapai finis. Di sekolah, bagi semua
anak didik bunyi lonceng dalam frekuensi tertentu sebagai tanda masuk,
istirahat atau pulang, maka mereka akan menaatinya.
Beberapa contoh yang dikemukakan di atas bentuk-bentuk kelakuan
yang nyata terlihat dalam kehidupan. Bentuk-bentuk kelakuan seperti itu terjadi
karena adanya conditioning. Karena kondisinya diciptakan, maka sudah menjadi
kebiasaan. Kondisi yang diciptakan itu merupakan syarat, memunculkan refleks
bersyarat.
Teori ini bila diterapkan dalam kegiatan belajar juga banyak
kelemahannya. Kelemahan-kelemahan itu antara lain berikut ini.
1. Percobaan dalam laboratorium berbeda dengan keadaan sebenarnya.
2. Pribadi seseorang (cita-cita, kesanggupan, minat, emosi, dan
sebagainya) dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
3. Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tak dikenal.
Dengan kata lain, tidak dapat diramalkan lebih dahulu, stimulus manakah yang
menarik perhatian seseorang.
4. Teori ini sangat sederhana dan tidak mornuaskan untuk
menjelaskan segala seluk-beluk belajar yang teruyata sangat kompleks.
E. Jenis-Jenis Belajar
Jenis-jenis belajar dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Belajar Arti Kata-Kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti
yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah
dikenal, tetapi belum tahu artinya. Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar
arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar
menggunakannya. Kalaupun dapat menggunakannya, tak urung ditemukan kesalahan
penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar terpenting. Orang yang
membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang
terpatri dalam suatu kata atau kalimat hanya dapat dipahami dengan mengerti
arti setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang
melukiskan ide-idenya kepada sidang pmbaca. Oleh karena itu, penguasaan arti
kata-kata adalah penting dalam belajar.
2. Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan
masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang
melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat
mental. Dalam belajar kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak hanya yang
bersifat materiil, tetapi juga yang bersifat tidak materiil. Objek-objek yang
bersifat materiil misalnya antara lain, orang, binatang, bangunan, kendaraan,
perabot rumah tangga, dan tumbuh¬tumbuhan. Objek-objek yang bersifat tidak
materiil misalnya seperti ide kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan, dan
sebagainya.
Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah
dimiliki, maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti
semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan
luaslah alam pikiran kognitif orang itu.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang
tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Belajar adalah
proses mental yang bergerak ke arah perubahan.
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di
dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara
harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Peristiwa menghafal merupakan proses
mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu
bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.
Ciri khas dari hasil belajar/kemampuan yang diperoleh adalah
reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif. Adanya skema kognitif
berarti, hahwa dalam ingatan orang tersimpan secara baik semacam program
informasi yang diputar kembali pada waktu dibutuhkan, seperti yang terjadi pada
komputer.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu
mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam
menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan
menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal
tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
4. Belajar Teoretis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami
dan digunakan untuk memecahkan prob¬lem, seperti terjadi dalam bidang-bidang
studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi di antara
konsep-konsep dan struktur¬struktur hubungan.
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah
objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu
mengadakan abstraksi'terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek
ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran
orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat
dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).
Dalam bentuk belajar ini, orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam
objek-objek yang meliputi benda, kejadian dan orang, hanya ditinjau pada
aspek-aspek tertentu saja. Objek tidak ditinjau dalam semua detailnya, tetapi
aspek tertentu seolah-olah diambil, diangkat, dan disendirikan. Konsep/pengertian
adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang
sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman. Ciri
khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini adalah
adanya skema konseptual. Skema konseptual adalah suatu keseluruhan kognitif,
yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian.
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus
didefinisikan: Konsep
konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan
fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan,
rumah, mobil, sepeda motor, dan sebagainya. Konsep yang didefinisikan adalah
konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada
realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan.
Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara
kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya,
Akhirnya, belajar konsep adalah berpikir dalam konsep dan belajar
pengertian. Taraf ini adalah taraf komprehensif. Taraf kedua dalam taraf
berpikir. Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif
atau menerima.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran
intelektual (intelectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah
adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu
ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan. orang yang telah
mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya,
seseorang berkata, "besi dipanaskan memuai". Karena seseorang telah
menguasai konsep dasar mengenai "besi", "dipanaskan" dan
"memuai", dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara
ketiga konsep dasar itu (besi, dipanaskan, dan memuai), maka dia dengan yakin
mengatakan bahwa "besi dipanaskan memuai".
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah
merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat
berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah
merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa.
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus
dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.
Masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep
dan kaidah serta metode¬metode bekerja tertentu.
Berpikir adalah kemampuan jiwa untuk meletakkan hubungan antara
bagian¬bagian pengetahuan. Ketika berpikir dilakukan, maka di sana terjadi
suatu proses. Oleh karena itulah, John Dewey dan Wertheimer memandang berpikir
sebagai proses. Dalam proses itu tekanannya terletak pada penyusunan kembali
kecakapan kognitif (yang bersifat ilmu pengetahuan).
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir
divergen. Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau
satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah. Berpikir
divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh
jawaban-jawaban unit yang berbeda¬beda, tetapi benar.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah
adalah sebagai berikut.
a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya
masalah.
b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu
diorganisasikan.
d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis¬
e. hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji agar
dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
f. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus
g. berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk
dapat sampai pada kesimpulan.
Menurut Dewey,
langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Kesadaran akan adanya masalah.
b. Merumuskan masalah.
c. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
d. Menguji hipotesis-hipotesis itu. e. Menerima hipotesis yang
benar.
Meskipun diperlukan langkah-langkah, menurut Dewey, tetapi
pemecahan masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan
dapat meloncat-loncat antara macam-macam langkah tersebut. Lebih-lebih apabila
orang berusaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
Setiap pemecahan masalah memerlukan taraf berpikir. Ini membuktikan
bahwa taraf berpikir itu sendiri bermacam-macam, yaitu taraf berpikir
pengetahuan, komprehensif, aplikasi, analisis, dan sintesis, serta evaluasi.
8. Belajar Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan
koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.
Keterampilan semacam ini disebut "motorik", karena otot, urat dan
persendian terlibat secara langsung, sehingga keterampilan sungguh-sungguh
berakar dalam kejasmanian. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah
"otomatisme", yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur
dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang
apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu.
Misalnya, seorang sopir sudah menguasai keterampilan mengendarai kendaraannya
sedemikian rupa, sehingga konsentrasinya tidak seluruhnya termakan oleh
penanganan peralatan lalu-lintas di jalan.
9. Belajar Estetis
Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan
menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian. Belajar ini mencakup
fakta, seperti nama Mozart sebagai penggubah musik klasik; konsep-konsep,
seperti ritme, tema dan komposisi; relasi¬relasi, seperti hubungan antara
bentuk dan isi; struktur-struktur, seperti sistematika warna dan aliran-aliaran
dalam seni lukis; metode-metode, seperti menilai mutu dan originalitas suatu
karya seni.
F. Aktivitas-Aktivitas Belajar
Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari
suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam
rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan
aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun dan
kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Oleh karena itulah,
berikut ini dibahas beberapa aktivitas belajar, sebagai berikut.
1. Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang
belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru
menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan
mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan. Tidak dapat disangkal bahwa aktivitas
mendengarkan adalah aktivitas belajar yang diakui kebenarannya dalam dunia
pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan formal persekolahan, ataupun
non-formal.
2. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas
memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang
memegang peranan penting. Dalam pendidikan, aktivitas memandang terrnasuk dalam
kategori aktivitas belajar.
Tapi perlu diingat bahwa tidak semua aktivitas memandang berarti
belajar. Aktivitas memandang dalam arti belajar di sini adalah aktivitas
memandang yang bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan
tingkah laku yang positif. Aktivitas memandang tanpa tujuan bukanlah termasuk
perbuatan belajar. Meski pandangan tertuju pada suatu objek, tetapi tidak
adanya tujuan yang ingin dicapai, maka pandangan yang demikian tidak termasuk
belajar.
3. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang
dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas
meraba, membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk
belajar. Tentu saja aktivitasnya harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan
demikian, aktivitas-aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas mengecap
dapat dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan,
motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku.
4. Menulis atau Mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan
dari aktivitas belajar. Tetapi tidak setiap mencatat adalah belajar. Aktivitas
mencatat yang bersifat menurut, menciplak atau mengcopy tidak dapat dikatakan
sebagai aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk sebagai aktivitas belajar yaitu
apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta
menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi
pencapaian tujuan belajar. Dalam mencatat tidak sekadar mencatat, tetapi
mencatat yang dapat menunjang pencapaian tujuan belajar.
Catatan sangat berguna untuk menampung sejumlah informasi, yang
tidak hanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas materi hasil
analisis dari bahan bacaan.
5. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan
selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti
membaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal
hasil penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang
berhubungan dengan kebutuhan studi.
Kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka
membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan. Ini berarti untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan tidak ada cara lain yang harus dilakukan kecuali
memperbanyak membaca.
Cara dan teknik seseorang dalam membaca selalu menunjukkan
perbedaan pada hal-hal tertentu. Oleh karena itu, wajarlah bila belajar itu
suatu seni, sama halnya mengajar adalah seni (teaching as an art). Ada orang
yang membaca buku sambil tidur-tiduran dapat belajar dengan baik, ada orang
yang membaca buku sambil mendengarkan radio dapat belajar dengan baik, ada
orang yang membaca buku tanpa suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang
membaca buku dengan suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca
buku di antara keributan dapat belajar dengan baik, dan sebagainya. Pendek
kata, orang membaca buku dengan berbagai cara agar dapat belajar. Dengan
demikian, pemahaman atas diri sendiri sangat penting, sehingga dapat memilih
teknik yang mana yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadi, dengan tidak
mengabaikan pola-pola umum dalam belajar.
6. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi
Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena
menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan
ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam
buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif,
bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca,
pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah (underlining). Hal ini
sangat membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari, bila
diperlukan.
7. Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan-Bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai table-tabel,
diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi
seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar,
peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman
seseorang tentang sesuatu hal.
Semua tabel, diagram, dan bagan dihadirkan di buku tidak lain
adalah dalam rangka memperjelas penjelasan yang penulis uraikan. Dengan
menghadirkan tabel, diagram, atau bagan dapat menumbuhkan pengertian dalam
waktu yang relatif singkat.
8. Menyusun Paper atau Kertas Kerja
Dalam menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus
metodologis dan sistematis. Metodologis artinya menggunakan metode¬metode
tertentu dalam penggarapannya. Sistematis artinya menggunakan kerangka berpikir
yang logis dan kronologis.
9. Mengingat
Mengingat adalah salah satu aktivitas. Ingatan adalah kemampuan
jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang telah lampau. Jadi, mengenai ingatan tersebut ada
tiga fungsi, yaitu: memasukkan, menyimpan, dan mengangkat kembali ke alam
sadar.
Ingatan (memory) seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
sifat seseorang, alam sekitar, keadaan jasmani, keadaan rohani (jiwa), dan umur
seseorang.
10. Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang meniadi tahu tentang hubungan
antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf
tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.
11. Latihan atau Praktek
Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya
penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil
berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk
memperkuat ingatan. Misalnya, seseorang yang mempelajari rumus matematika atau
rumus bahasa Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah terlupakan
bila tidak didukung dengan latihan. Di sinilah diperlukan latihan
sebanyak-banyaknya. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih
fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang
optimal.
KAITAN ANTARA MEMORI (INGATAN) DENGAN BELAJAR
Ketika kita belajar artinya kita
sedang menyerap informasi dari apa yang kita pelajari. Proses diterimanya informasi semua
tersimpan dalam memori dan memori ada di dalam otak manusia. Memori otak
manusia kerjanya mirip dengan memori komputer. Pada komputer, memorinya disebut
RAM (Random Access Memory) berfungsi merekam, memelihara dan
memanfaatkan informasi baru. Pada manusia, fungsinya lebih luas lagi mencakup
perbendaharaan kata, pengetahuan bahasa, semua informasi yang telah kita
pelajari, pengalaman hidup pribadi, segala kemahiran yang telah dipelajari dari
mulai berjalan, berbicara hingga prestasi musik, seni, olahraga dan sebagainya.
Konsep memori sangat erat berkaitan dengan pendekatan kognitif,
dalam hal ini antara belajar dan memori memiliki kaitan sangat erat. Belajar merupakan aktifitas dalam pendidikan
dan merupakan sebuah proses untuk mengetahui, memahami dan akhirnya menerapkan
berbagai informasi yang diterima selama proses pembelajaran. Ketika belajar mustahil terjadi tanpa tidak
melibatkan memori, sebab setiap eksekusi satu reaksi yang dipelajari
membutuhkan memori mengenai tindakan yang pernah dilakukan. Contohnya saja ketika seorang mahasiswa
psikologi diminta untuk mengulang kembali istilah-istilah sulit dalam pelajaran
yang sebelumnya telah dipelajari, maka dia tidak akan mampu merecall
jika tidak ada memori yang tersimpan dalam otak kita.
Setiap individu memiliki daya ingat (memori)
yang berbeda-beda, sehingga hasil belajar yang diperoleh pun berbeda-beda. Ada beberapa cara untuk memperkuat daya ingat,
salah satunya dengan latihan mental, misalnya dengan menggunakan tekhnik puzzle
dan teki-teki. Selain itu belajar secara berulang-ulang juga dapat membantu
seseorang untuk memperkuat memorinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
sangat membantu karena kebetulan lagi ada tugas tentang ini juga
BalasHapusthanks broe
BalasHapusThank ilmunya setiap pemikiran punya argument mengenai ide dan gagasan yang menurut dia paling cepat..tapi ada q hal yang menjadi kunci dari cara belajar efisien yaitu stimulus & kejiwaan yang sehat dan tujuan positif..selebihnya jika di lihat dari atas sampai bawah mengajarkan spesifikasi proses dari tidak tahu arti bahasa yang di lakukan dan proses belajar dari dulu hingga saat ini kuncinya menghafal point2 kata2 yang tepat di saat kita belajar dan beresperiman supaya ingatan lebih mudah untuk melalukan memorisasi..thank yang buat pembelajaran ini...semoga sukses
BalasHapus